Dalam postingan sebelumnya, saya sudah memberikan gambaran mengenai sejarah hingga dampak globalisasi bagi Indonesia. Sebenarnya jika melihat judul di atas tentu jawaban kita adalah "tidak". Seperti kita lihat bahwa globalisasi merupakan bentuk baru dari kolonialisme yang dilakukan kelas berkuasa kepada pekerja. Globalisasi memang memiliki kualitas dan dimensi yang baru karena tingkatan teknologi kini memungkinkan penyebaran pengisapan secara luas tanpa terkendali. Namun sebagai lompatan kualitatif atas imperialisme, globalisasi hanya membawa imperialisme ke tingkat yang lebih tinggi.
Jadi bukannya menghapuskan imperialisme dan membuat semua bangsa menjadi setara, atau setidaknya kelas berkuasa di semua bangsa menjadi setara, globalisasi justru membuat jurang ketimpangan antar bangsa semakin lebar. Penghisapan yang dilakukan oleh kelas berkuasa di negara maju terhadap rakyat pekerja di negara berkembang menjadi hebat. Sementara kelas berkuasa setempat semakin ditundukkan mejadi pelayan para imperialis.
Kedelai Impor Amerika, pic:http://static.republika.co.id/ |
Inilah kenyataan yang dapat kita amati sehari-hari pada saat ini di Indonesia sendiri. Apa yang dikenal sebagai "bantuan luar negeri" atau hibah sebenarnya merupakan merupakan tipu muslihat alias kedok praktik ekspor modal dari negara imperialis. "Hibah" itu pasti dilekati dengan syarat bahwa tenaga ahli dan peralatan yang akan digunakan untuk proyek tersebut harus berasal dari negara pemberi bantuan. Kita semua tahu Gaya hidup mereka yang sangat kosmopolitan dibiayai oleh gaji mereka yang bisa sampai 8 digit dan ironisnya gaji mereka dibayar oleh pajak rakyat Indonesia sendiri. Belum lagi peralatannya yang pasti dijual ke sini dengan harga diatas harga rata-rata pasar dunia.
Gempuran berbagai modal asing ke dalam negeri hanya akan membuat bangsa ini semakin konsumtif padahal mereka secara tidak sadar telah memberi kekayaan kepada negara lain. Anda membeli motor Honda bebek saat ini, maka secara langsung anda sudah berkontribusi mengkayakan Jepang. Sifat serakah manusia menjadikan globalisasi sebagai kesempatan emas meraup kekayaan sebesar mungkin. Sudah saatnya Indonesia belajar dari China yang sudah bisa berani menjadi bangsa berdiri sendiri. China merupakan negara kekuatan ekonomi baru dunia. Mereka berani tidak mengkurskan mata uangnya di pasar dunia, google dilarang masuk sehingga startup lokal bermunculan, handphone lokal bermunculan hingga mengekspansi Indonesia saat ini (Xiaomi, Oppo dll) adalah salah satu produk lokal mereka. Indonesia saat ini masih bergantung pada negara lain. Impor dikekang, ekonomi langsung kalang kabut yang berarti kemandirian bangsa masih belum ada.
Advertisement