Sebenarnya model pembangunan seperti apa sih yang paling cocok diterapkan di suatu wilayah?. Tentunya ada banyak faktor yang melandasi penentuan kebijakan ekonomi wilayah. Model pembangunan pada dasarnya merupakan strategi pembangunan wilayah. Model pembangunan dapat dilihat dari berbagai dimensi yaitu dimensi politik, sosial, ekonomi, budaya dan lainnya. Menurut perkembangannya, model pembangunan ekonomi yang banyak digunakan oleh negara-negara berkembang dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Model 1, menitikberatkan pada pertumbuhan domestik bruto (PDB), model ini berkembang pada dekade tahun 1950an dan 1960an.
2. Model II, menitikberatkan pada pemerataan dan pemenuhan kebutuhan pokok, berkembang pada dekade tahun 1970an.
3. Model III, menitikberatkan pada pembangunan kualitas sumber daya manusia, berkembang dekade 1980an.
4. Model IV, berkembang pada abad ke 20 hingga sekarang. Merupakan era globalisasi dan liberalisme, perdagangan bebas dan persaingan antar negara semakin ketat dan daya saing ekonomi tiap wilayah semakin kuat.
Model Pembangunan I berorietasi pada peningkatan pertumbuhan Produk Domestik Bruto. Hal ini berlandaskan pada anggapan bahwa pertumbuhan ekonomi dapat digapai dengan pelaksanaan penanaman modal atau investasi dalam jumlah besar di sektor industri dengan cara menempatkan proyek-proyek yang menunjang wilayah bersangkutan. Pembangunan sarana dan prasarana industri akan mendorong terbukanya sektor lain dan selanjutnya akan menyebar ke titik lain.
Dengan pembangunan industri dan eksternalitas ekonomi akan dicapai peningkatan pendapatan per kapita dan pemerataan hasil pembangunan ke seluruh wilayah melalui proses trickle down effect.
Bantaeng, dari kabupaten biasa menjadi luar biasa, pic:https://travelfauziamir.files.wordpress.com |
Kritik terhadap model pembangunan I menghasilkan model pembangunan II. Pada model I pembangunan ekonomi tidak seimbang sehingga menimbulkan pengangguran, kemiskinan dan gesekan lainnya. Model pembangunan II berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pokok, kemandirian dan pengembangan sektor pertanian dan perdesaan. Pembangunan model I ternyata tidak menyebar hingga lapisan masyarakat paling bawah oleh sebab itu dipilih alternatif jalan lain yaitu dengan membuat strategi pembangunan kebutuhan pokok. Kebutuhan pokok yang diusulkan terdiri dari dua unsur utama yaitu kebutuhan minimum keluarga (sandang, pangan, papan) dan pelayanan penting bagi kehidupan masyarakat (hidup layak) seperti air minum, sanitasi, transportasi dan fasilitas sosial lain. Model ini mengisyaratkan adanya desentralisasi dan pembangunan aparat lokal agar tercipta SDM yang handal dan bertanggung jawab.
Model pembangunan III lebih menekankan pada kegiatan aparatur pemerintah yang bertanggung jawab dan berupaya membangkitkan kesadaran dan kemampuan instansi secara individual dan kolektif. Peningkatan kualitas SDM diarahkan pada:
- Secara bertahap, prakarsa dan proses pengambilan keputusan pembangunan diserahkan pada masyarakat.
- Peningkatan kemampuan masyarakat untuk mengelola dan memobilisasi sumber daya pembangunan.
- Pemanfaatan potensi sumber daya lokal dengan optimal.
Model pembangunan IV muncul sejalan dengan perkembangan sarana telekomunikasi, informasi dan transportasi sehingga perdagangan antar region semakin intens dan cepat. Kehidupan semakin cepat dan mengglobal menembus batas wilayah yang semakin semu. Kualitas barang dan jasa semakin baik dengan harga yang semakin bersaing. Masing-masing wilayah punya keunggulan komparatif dan saling melengkapi satu sama lain. Masyarakat juga semakin kreatif dalam membangun produk dan branding. Satu per satu kepala daerah yang inovatif muncul ke publik dan membuat efek domino ke daerah lain agar semakin giat menelurkan sumber daya lokal yang berkualitas dalam membangun wilayahnya. Dengan demikian masyarakat akan semakin puas dan terpacu untuk lebih berkembang melihat kinerja pemimpinnya yang baik.
Advertisement